Wan lahir di Selatpanjang, 20 oktober 1988. Keluarganya sederhana. Ia bungsu dari lima bersaudara. Ayahnya Wan Ahmad, adalah seorang wiraswasta dan selalu mendukung anak-anaknya menuntut ilmu, bahkan hingga ke jenjang yang tinggi. “Ayah selalu mendukung keinginan saya untuk belajar,” katanya.

Wan mulai pendidikan dasar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mu’allimin Muhammadiyah Selatpanjang, kemudian lanjut ke MTs dan MA di Mu’allimin Muhammadiyah Selatpanjang. Saat di bangku MA. Ia aktif di organisasi pelajar. Pernah jadi ketua umum Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Selatpanjang periode 2005/2007.

Karir organisasinya melejit. Di waktu sama, ia terpilh jadi sekretaris Umum Pimpinan Daerah IPM Kabupaten Bengakalis periode 2007/2008.
Usai tamatkan MA. Wan lanjutkan pendidikan S.1 di UIN SUSKA Riau, Jurusan Ilmu Komunikasi, Kosentrasi Public Relation selesai tahun 2011. Kemudian melanjutkan S.2 di Magister Ilmu Komunikasi di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta hingga saat berada di semester 2

Saat dibangku kuliah S.1, Wan dikenal sosok yang aktif berdiskusi dan kritis terhadap persoalan kampus. Itu tidak mengurungkan niatnya jadi aktivis di luar kampus.

Banyak organisasi luar ia jajaki diantaranya, pernah jadi Ketua Bidang Studi Dakwah dan Keislaman Pimpinan Wilayah IPM Provinsi Riau periode 2007/2009. Selanjutnya, ia pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai anggota termuda tahun 2007, ikut di organisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kota pekanbaru, kemudian sekretaris bidang kaderiasi Gerakan Mahasiswa Islam Indonesia (GMII) Provinsi Riau pada tahun 2009, ketua umum PK IMM Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi periode 2008/2009 serta ketua bidang kader PC IMM Kota Pekanbaru periode 2009/2010.

Kesibukan di luar tidak buat ia surut memperhatikan kampus. Wan menjabat sebagai pengurus HMJ Ilmu Komunikasi pada tahun 2008, anggota BEM FDIK tahun 2009 dan menjabat sebagai Gubernur Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi periode 2010 s.d 2011.
Saat menjabat sebagai gubernur BEM FDIK, Wan berhasil bangkitkan citra fakultas. Tebukti pada tahun 2010, BEM Fakultas Dakwan dan Ilmu Komunikasi yang dipimpinnya dinobatkan sebagi BEM terbaik di tingkat fakultas se UIN SUSKA Riau dan raih jura I lomba stan saat UIN EXPO.

Beberapa program yang berhasi laksanakan adalah Bakti Sosial Mahasiswa Baru Fakultas dengan bawa mahasiswa sekitar 300 mahasiswa ke Desa Ganting Damai Kampar selama 3 hari.
Ia juga menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, seprti BNP Riau dalam acara BSM, acara pelatihan pengembangan potensi diri selama 3 hari, seminar kesehatan bekerja sama dengan BKKBN Provinsi Riau, Seminar Kanker Serviks dan Payudara kerja sama dengan Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa (PIKMA) AKBID SEMPENA Negeri Pekanbaru.
Wan pernah adakan advokasi mahasiswa dengan aksi besar-besaran menuntut hak mahasiswa yang kurang di gubris oleh pihak dekanat.

“Perubahan gelar Ilmu Komunikasi dari S.Sos menjadi S.Ikom, penertiban Kantin yang berada satu ruang dengan perpustakaan yang menganggu kenyamanan memabaca di perpustakaan. Penyedian muholla yang lebih baik untuk mahasiswa malaksakan ibadah, dan keterjelasan uang praktikum mahasiswa, “ kata Wan.

Kesibukan oganisasi tidak buat ia lupa jalankan kewajiban sebagai mahasiswa. Jumlah kehadiran saat kuliah tidak lebih dari ketentuan dosen. Sehingga beliau menamatkan sarajanya 3 tahun 8 bulan dengan IPK 3,65

Usai menamatkan sarjananya, ia melanjutkan ke sekolah pasca sarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta jurusan Magister Ilmu Komunikasi dengan kosentrasi Komunikasi Politik. Pada saat ini ia berada di semester 2.

Selaen aktif sebagai mahasiswa pasca, wan saat ini juga bekerja di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pekanbaru bagian e-KTP dan juga aktif di organisasi islam, yakni sebagai Wakil Sekretaris Majlis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Pekanbaru periode 2010-2015, dan Pengurus Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Riau.
Begitulah kesibukan sehari-harinya, namun tidak pernah putus semangat untuk terus berkarya, untuk memberi kontribusi kepada negeri ini, dalam menjalankan kehiduapn, beliau selalu menerapkan 4T dalam, yakni tertib ibadah, tertib kuliah, tertib organisasi dan tertib kerja.
“Mungkin kita bisa melihat kebanyakan aktivis lebih sukses di organisasi saja, orang yang sukses itu adalah orang yang bisa memanajemen waktunya dengan baik di semua lini,” katanya.